AWAS AMBISI ELON MUSK
Ini ambisi Elon Musk yang tidak banyak diketahui publik. Selain ingin menguasai ruang angkasa dan internet dengan satelit starlink yang nantinya sampai 30 ribu, sesuai izin dari FCC, ia juga memiliki proyek namanya Neuralinks. Perusahaan Neuralink adalah perusahaan neuroteknologi yang fokus pada pengembangan teknologi brain-computer interface (BCI). Yaitu teknologi penanaman perangkat ke dalam otak yang dapat menafsirkan sinyal saraf hingga menerjemahkan menjadi perintah digital. Jadi Neuralinks akan mengubah proses komunikasi. Yaitu interaksi langsung otak ke komputer.
Dengan BCI Neuralinks memungkinkan pengguna berinteraksi lewat komputer dan perangkat digital secara langsung melalui pikiran mereka. Neuralinks akan meningkatkan kemampuan komunikasi untuk penyandang disabilitas. Terutama yang tidak dapat berbicara atau bergerak. Neuralinks dapat menyediakan sarana komunikasi dan perangkat murni melalui aktifitas saraf, sehingga meningkatkan kualitas hidup dan kemampuan berkomunikasi mereka.
Neuralinks juga membuat komunikasi lebih cepat dan efisien. Metode komunikasi tradisional yang relatif lambat, dengan Neuralinks memungkinkan pikiran ditransmisikan langsung dari satu orang ke orang lain atau ke perangkat. Ini secara signifikan akan mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk menyampaikan gagasan yang rumit.
Neuralinks akan membentuk cara komunikasi baru. Dengan BCI, pola komunikasi dan ekspresi baru dapat muncul. Misalnya, orang mungkin dapat berbagi pengalaman indera atau emosi secara langsung, sehingga menciptakan bentuk komunikasi yang lebih dalam dan mendalam. Neuralinks juga meningkatkan Aksesibilitas, memberikan cara baru bagi masyarakat mengakses dan menggunakan teknologi oleh mereka yang memiliki keterbatasan fisik. Termasuk mengoperasikan perangkat rumah pintar, komputer, atau bahkan mengemudikan kendaraan hanya dengan berpikir. Itu ambisi Elon Musk.
Saking optimisnya dengan masa depan Neuralinks, Elon Musk mengatakan “in the future, there will be no phones, just Neuralinks. Jadi menurutnya di masa depan tidak ada lagi telepon, termasuk WA Call dan lain lain, yang ada adalah Neuralinks ujarnya.
Meskipun the future is better than you think, kemajuan ini bisa menimbulkan masalah etika, privasi, dan keamanan yang perlu diwaspadai seiring berkembangnya teknologi.
Homo Deus
Di era surveillance capitalism sekarang ini (Shosana Zuboff 2019), korporasi platform global menguasai hampir keseluruhan data aktivitas digital para penggunanya. Bayangkan jika Neuralinks sudah sukses digunakan massif nanti. Berarti pikiran orang juga disurveillance oleh teknologi ini. Kapitalis seperti Elon bisa memprediksi bahkan “mengendalikan” dengan algoritma atau AI yang mampu mengarahkan para follower dan pengguna teknologi dan platformnya. Sebagian besar manusia makin lama makin tergantung kemudahan yang diberikan mesin teknologi dan AI, hingga melupakan skill-skill hakikinya sebagai manusia.
Itulah yang oleh professor Yuval Noach Harary dari Hebrew University, diprediksi, nantinya sebagian besar manusia di dunia akan terus menjadi Homo Sapiens yang sibuk survival of the fittest, mempertahankan hidup dengan teknologi. Sedang para penguasa teknologi dunia telah berevolusi menjadi Homo Deus. Mereka tidak lagi sekadar mempertahankan bagaimana agar hidup, tapi bergeser ingin menguasai kehidupan, atau menguasai dunia, lewat teknologi platform, Artificial Intelligence termasuk Neuralinks.
Orang seperti Elon Musk, Mark Zuckerberg, Larry Page dan penguasa teknologi dunia lainnya dalam konteks ini telah berevolusi menjadi Homo Deus yang menjadi penguasa kehidupan dunia. Jangankan rakyat kecil, penguasa negara negara besarpun tunduk pada mereka dan memuja-mujanya. Termasuk penguasa negara Indonesia.
Henri Subiakto
Tinggalkan Balasan